November 16, 2015

Kisah teladan :Kisah seorang supir pengangkut Barang Yang Meninggal Saat Shalat Sunnah Qobliyah



Episode #2

“Ketika ramadhan tiba,ketekunan Acengpun semakin menjadi-jadi.Datang lebih awal ke Musholla dan mengisinya dengan zikir dan munajat kepada Allah swt.”

Pada hari kamis tanggal 20 Mei 2010.Jenazah Aceng dibawa ke Balaraja Tangerang.untuk dikebumikan di makam keluarganya.Kisah meninggalnya Aceng hingga saat ini masih terkenang dan menjadi catatan baik, terutama bagi keluarga dan kampong halamannya di kampung Buaran Mulya Kecamatan Medan Satria Bekasi.Kematiannya dianggap banyak orang sebagai kematian terhormat.1001 orang belum tentu mengalami kematian seperti ini,namun Aceng mengalami kematian yang sangat istimewa.Meninggal saat memasrahkan seluruh jiwa dan raganya Kepad Allah SWT. Inna Shalaatii wanusukii wamahyayaa wamamatii lillahi rabbil ‘alamiin (Sesungguhnya shalatku,ibadahku,hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah tuhan semesta alam)  

Sewaku hidupnya sebenarnya tak ada yang berbeda dengan bapak-bapak lain di kampung buaran.Jika jam kerja,Aceng juga bekerja untuk memberi nafkah keluarganya.Malahan dimata teman-temannya, Aceng termasuk sosok sederhana yang baik hati  dan tak pernah bermasalah dengan orang lain.
Sehari-harinya Aceng bekerja sebagai supir pengantar barang.Dari kerjanya itu ia bisa memenuhi kebutuhan keluarganya sesuai dengan kemampuannya .hanya saja, seiring dengan kondisi perusahaan yang sedang menurun,order yang dikerjakan Aceng pun tak seramai dulu.Banyak karyawan di perusahaan tersebut yang mengundurkan diri.tapi Aceng tetap bertahan meski penghasilan yang didapatkan sangat pas-pasan.Namun Aceng tak mengeluh,ia tetap mensyukurinya,malahan ia bisa memanfaatkan waktu longgarnya untuk semakin mendekatkan diri kepad Allah swt.

Di usianya yang mulai beranjak tua, Aceng merasa sangat lemah dan belum memiliki modal apa-apa saat menghadap Alla swt. Nantinya.Mungkin selama ini ia sudah menjalankan kewajiban agama,namun ia punya keyakinan bahwa semua itu belumlah ada artinya.

Dari sinilah tampaknya ada motivasi besar dalam diri Aceng untk terus memperbaiki diri.Ada kesadaran bahwa hidup yang sesungguhnya bukanlah di alam dunia ini,melainkan alam yang nantinya akan menjadi tempat pemberhentian terakhir.Dunia hanyalah tahap awal untuk mempersiapkan segalanya menuju titik tujuan akhir.Jika di dunia ini mempunyai awal yang baik,mungkin perjalanannya jauh akan lebih baik dan mulus .Sebaliknya,mustahil rasanya akan sampai di titik terakhir ketika tidak tahu harus memulai dari mana.

Setidaknya,menurut H.Husaidi,tiga tahun terakhir, Aceng memang lebih giat dalam soal beribadah.Sekuat tenaga ia lebih giat menjalankan shalat berjamaah lima waktu.jika tak berbenturan dengan pekerjaan, Aceng berusaha menjalankan shalat berjamaah di musholla al-Huda ,mulai dari dzuhur hingga shubuh.Akan tetapi jika hari-hari biasa bekerja,ia tetap ruin berjamaah pada shalat Maghrib,Isya dan Shubuh.

“Dzuhur – Ashar suka datang, Maghrib,Isya sampai Shubuh itu yang rutin. Aceng rajin berjamaah ke Musholla ini mungkin lebih dari tiga tahunan” kenang H.Husaidi.
Bukan Cuma jamaah shalat lima waktu yang rajin diikiti olah Aceng,melainkan juga pengajian rutin yang di adakan di Mushalla Al-Huda.Biasanya Jum’at malam Sabtu,pengajian yang diisi oleh salah satu ustadz yang mengkaji fiqih,tafsir,hadist ini tak mau ditinggalkan Aceng.Demikian pula acara-acara keagamaan di kampung,dahaga Aceng akan ilmu seperti tak tertahankan.
Ketika ramadhan tiba,ketekunan Acengpun semakin menjadi-jadi.Datang lebih awal ke Musholla dan mengisinya dengan zikir dan munajat kepada Allah swt.Bagi Aceng,ibadah bukan lagi rutinitas yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban,akan tetapi sudah merupakan kebutuhan hidup.
----SEKIAN----


Demikianlah kisah seorang supir pengangkut barang  yang menjemput kematiannya dengan penuh keistimewaan.Semoga kisah ini mampu menjadi sebuah motivasi bagi kita untuk lebih rajin lagi shalat berjamaah guna mendapatkan kemuliaan di sisi Allah swt.


Referensi :
Kisah ini diambil dari Majalah Hidayah terbitan tahun 2010,dengan penulis Heri Munhanif.tanpa berniat untuk mencuri hak cipta,kisah ini di publis ulang semata –mata untuk menambah wawasan dan syiar Islam.Semoga Allah memberikan keberkahan dan kesehatan kepada seluruh kru Majalah Hidayah khusunya kepada beliau Heri Munhanif selaku penulis di majalah tersebut.

No comments:

Post a Comment

"Terima Kasih atas kunjungannya,silahkan tinggalkan pesan dan komentar anda"